Penyedia Alat Kesehatan Terlengkap

Kami penyedia jasa supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, medical, mechanical, elektrical, environmental engineering terlengkap dan terpercaya. Kami melayani penjualan retail dan pemesanan khusus.

Untuk informasi lanjut, hubungi kami di
no telp -,
email: alkesritel@yahoo.com
website: alkesritel.blogspot.com.

Wednesday, April 24, 2013

Pengobatan tepat kendalikan gejala parkinson

 Ilustrasi rekam otak normal, terserang parkinson dan pasca-parkinson. (ts-1.eee.hku.hk)


"Parkinson adalah penyakit yang unik..."
Jakarta (ANTARA News) - Tata laksana pengobatan yang tepat dapat mengendalikan gejala akibat penyakit parkinson, meskipun penyakit itu bersifat kronis progresif, kata dr Diatri Nari Lastri.

"Pengobatan pada penyakit parkinson tidak bisa menghilangkan penyakit sepenuhnya, namun penanganan yang tepat terhadap penyakit ini akan memperlambat perburukan gejala secara bermakna dan membuat kehidupan pasien menjadi lebih baik," ujarnya  di Jakarta, Kamis.


Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia itu mengemukakan hal tersebut dalam diskusi media bertema "Seni Parkinson: Saya dan Keluarga".


Ia menjelaskan, parkinson adalah penyakit degenerasi saraf yang progresif karena gangguan pada otak di bagian ganglia basalis, di mana terjadi kematian sel substansia nigra yang mengandung dopamin.


Dopamin merupakan suatu bahan kimia neurotransmiter yang bermanfaat untuk mengantarkan sinyal berupa impuls listrik di sepanjang jalur saraf motorik untuk menggerakkan otot-otot tubuh.


Selain itu, dopamin senyawa di otak yang berperan dalam sistem “keinginan dan kesenangan” sehingga meningkatkan rasa senang.


Pada penyakit parkinson, menurut dia, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran fungsi sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit.


Parkinson mengabadikan nama dokter Inggris, James Parkinson, yang pada tahun 1817 pertama kali menjelaskan gangguan penyakit tersebut secara rinci sebagai "menimbulkan lumpuh."


Penyakit parkinson, dikemukakannya, terutama didapati pada pasien berusia di atas 50 tahun, dan hal itu menjadi lebih umum seiring bertambahnya usia.


"Gejala utama penyakit parkinson biasanya adalah gemetar atau tremor, kekakuan lingkup gerak sendi atau rigiditas, melambatnya seluruh gerakan motorik atau bradikinesia, dan ketidakseimbangan postur tubuh," ujar Diatri.


Ia menjelaskan. penatalaksanaan pengobatan parkinson setidaknya meliputi empat jenis penanganan, antara lain terapi medik atau farmakologi, terapi fisik (fisioterapi), terapi psikis (psikoterapi), dan operasi (surgical).


Terkait terapi farmakologi, kata dia, terapi dilakukan dengan menggunakan obat untuk memberi asupan dopamin dari luar tubuh guna mengatasi kekurangan produksi dopamin di otak.


"Diperlukan juga obat yang berfungsi meningkatkan efektivitas pada reseptor (penerima,red) dopamin di otak sehingga dopamin yang jumlahnya sedikit dapat dipergunakan secara maksimal," jelasnya.


Ada berbagai sediaan obat di pasaran untuk penyakit parkinson, namun obat utama untuk penyakit itu tetaplah obat golongan Levodopa, kata dia.


"Hingga kini, levodopa masih merupakan 'standar emas' untuk pengobatan parkinson yang mampu memperlambat proses perburukan penyakit. Cara kerja obat itu adalah meningkatkan ketersediaan dopamin pada pasien parkinson," ungkapnya.


Secara umum, dikatakannya, seluruh pasien parkinson memberikan respon yang baik terhadap pengobatan levodopa yang dikombinasikan dengan benserazide.


"Kombinasi kedua obat itu akan meningkatkan perbaikan dari gejala-gejala parkinsonesme sehingga meningkatkan harapan hidup pasien," ujarnya.


Selanjutnya, dia mengatakan, ada beberapa terapi fisik yang biasanya dianjurkan untuk pasien parkinson, antara lain terapi okupasi (terapi pekerjaan), latihan gerak badan, dan terapi wicara untuk pasien yang mengalami kaku otot wajah dan rahang hingga sulit berbicara.


Untuk terapi psikis, pasien parkinson dapat mengikuti konseling dan kegiatan sosial karena penyakit parkinson sering membuat penyandangnya mengalami isolasi sosial maupun penurunan kepercayaan diri.


"Kegiatan kreatif yang melibatkan kelompok atau keluarga adalah sarana bersosialisasi dan sarana terapi yang efektif bagi mereka," jelasnya.


Adapun tindakan operasi atau pembedahan dalam penanganan parkinson, dikemukakannya, jarang sekali dilakukan, dan hal itu hanya untuk kasus-kasus parkinson yang parah.


Diatri juga menyatakan bahwa dalam proses tata laksana pengobatan parkinson, dokter harus tetap mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan pasien.


"Parkinson adalah penyakit yang unik, baik meliputi gejala dan tanda penyakit yang bervariasi antara satu penyandang dengan yang lain, maupun pengobatan yang dipakai. Oleh karena itu, walaupun dokter berperan besar dalam proses pengobatan, keinginan dari pasien harus menjadi pertimbangan," katanya.


Menurut dia, waktu mulai pemberian obat dan jenis sediaan obat yang dipakai oleh para penderita parkinson sangat tergantung pada beberapa hal yang menyangkut kondisi penyandang penyakit itu, antara lain usia, jenis gejala yang menonjol, jenis pekerjaan, ekpektasi penyandang terhadap penyakit dan hasil pengobatan, serta kemampuan finasial.


"Semua komponen pertimbangan tersebut bersifat sangat individual sehingga pengobatan akan sangat berbeda antara satu penyandang dengan penyandang yang lain," ujarnya.


Oleh sebab itu, kata dia, penyandang parkinson secara hak asasinya berhak ikut menentukan strategi pengobatan yang dipakai.
(T.Y012)




Sumber Antara




Alat Laboratorium Bandung

No comments:

Post a Comment