Untuk informasi lanjut,
hubungi kami di
no telp -,
email: alkesritel@yahoo.com
website: alkesritel.blogspot.com.
Menyajikan informasi akurat dan terkini penyedia alat kesehatan di Bandung Jawa Barat
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Untuk informasi lanjut,
hubungi kami di
no telp -,
email: alkesritel@yahoo.com
website: alkesritel.blogspot.com.
KOMPAS.com - Penderita diabetes sebaiknya mewaspadai depresi. Pasalnya, mereka yang memiliki penyakit gula sangat rentan terhadap gangguan kesehatan jiwa ini.
Menurut dr. Andri Sp.KJ, psikiater dari RS Omni Alam Sutra Tangerang, walaupun tak memiliki hubungan kausalitas, diabetes menjadi penyakit endokrin yang paling sering dihubungkan dengan depresi. Angka kejadian depresi pada pasien diabetes mellitus mencapai sekitar 18-31 persen. Sementara penderita depresi pada populasi normal berkisar 11-15 persen.
Pada Pekan Ilmiah Dokter 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida), di Jakarta,Minggu (7/4/2013), Andri menjelaskan, penyakit diabetes dapat mempengaruhi keseimbangan sistem monoamine di otak. Ini adalah suatu sistem yang mengatur kerja neurotransmitter di otak yang bernama bopamin, serotonin dan norephinephrine.
Ketidakseimbangan serotonin dalam otak inilah yang dapat membuat pasien diabetes menjadi sangat rentan terhadap depresi. Mereka yang cenderung lebih rentan terkena depresi adalah penderita diabetes tipe 1, yang tubuhnya tidak bisa lagi memproduksi insulin.
"Peluang pasien diabetes menderita depresi menjadi lebih besar. Namun, hal ini juga berhubungan dengan kondisi psikososial penderita," katanya.
Semakin mantap kondisi mental penderita diabetes, kata Andri, kecil kemungkinan dia terkena depresi. Pasien yang sudah menderita diabetes sejak usia kanak-kanak mungkin lebih tahan depresi dibandingkan dewasa. Hal ini dikarenakan penderita sudah terbiasa dan menerima kenyataan dirinya menderita diabetes sejak kecil. Sementara pada sebagian orang dewasa proses adaptasi berjalan lambat.
Kenyataan harus mengonsumsi obat sepanjang hidupnya juga membuat sebagian pasien menjadi depresi. Depresi pada penderita diabetes akan mempengaruhi pengobatan dan sulitnya mengubah pola hidup. Penderita depresi cenderung tidak antusias dalam pengobatan. Akibatnya, penderita depresi mengalami kemajuan pengobatan yang lambat.
Andri menyatakan, pasien diabetes dapat diresepkan obat antidepresan oleh dokter. Penggunaan antidepresan tidak berbahaya bagi penderita diabetes. Ada dua teori bagaimana obat anti depresan bekerja pada penderita diabetes. Teori pertama, anti depresan akan membantu menekan depresi yang dialami penderita. Sehingga penderita dapat mengikuti proses pengobatan, dan menjalani perbaikan gaya hidup.
Teori kedua, obat anti depresan membantu proses biologis otak dalam mengendalikan kadar HbA1c dalam darah. HbA1c adalah zat yang terbentuk dari reaksi kimia antara glukosa dan hemoglobin. Kadar HbA1c ini dapat dijadikan bahan informasi seberapa tinggi kadar glukosa glukosa dalam darah untuk periode tertentu.
Pengobatan depresi juga harus dibarengi psikoterapi. Penggunaan psikoterapi dan psikofarmaka meningkatkan kemungkinan bebas depresi hingga 60-70 persen. Sementara penggunaan plasebo hanya memberi hasil 30 persen. Psikoterapi akan memperbaiki pemahaman dan membantu pasien menerima diabetes yang diderita.
"Psiakiater tentunya harus tahu dulu bagaimana sejarah penyakit diabetes yang diderita pasien. Selanjutnya, dapat dibicarakan bersama untuk proses penyembuhan depresi," imbuh Andri.
Maraknya informasi yang beredar soal diabetes tak jarang membuat penderitanya merasa bingung. Misalnya, informasi pengobatan alternatif yang menjanjikan kesembuhan atau efek merugikan bila mengkonsumsi antidepresan.
"Info seperti ini kerap membuat pasien bingung dan akhirnya depresi. Padahal diabetes tidak mungkin bebas obat. Pada situasi seperti ini, psikiater harus berbicara dengan pasien dan lingkungan terdekatnya, untuk menyamakan pemahaman," tandas Andri yang menekankan pentingnya untuk selalu memebri dukungan serta penyampaian informasinya yang benar dan nyaman kepada pasien.
Secara khusus peneliti menganalisis kandungan napas pasien yang disebut dengan volatile organic compounds (VOC). Dengan menganalisis VOC tersebut, peneliti mengaku sejauh ini metode yang mereka temuan ini mampu mendiagnosis risiko gagal jantung pada pasien yang baru saja diopname dengan akurasi mencapai 100 persen.
"Setiap individu memiliki 'jejak' napas yang berbeda antara satu orang dengan yang lain, tergantung pada apa yang terjadi pada tubuhnya. 'Jejak' itu dapat memberitahukan kepada kita segala aspek tentang pasien bersangkutan, termasuk apa saja yang memapari mereka dan penyakit apa yang mereka idap," terang ketua tim peneliti Dr. Raed Dweik dari department of pulmonary, allergy and critical care medicine, Respiratory Institute, Cleveland Clinic, AS.
"Itulah mengapa deteksi penyakit dengan analisis napas begitu menjanjikan karena metode ini bersifat non-intrusif sehingga tidak menimbulkan risiko apapun. Anda pun bisa melakukannya dimana saja, entah itu di klinik maupun rumah sakit," tambahnya.
Metode ini juga diklaim dapat memudahkan setiap orang untuk mengetahui risiko gagal jantungnya. Pasalnya, menurut US National Heart, Lung and Blood Institute, selama ini diagnosis gagal jantung harus mempertimbangkan sejumlah faktor seperti riwayat kesehatan, uji fisik agar tim dokter dapat mendengarkan detak jantung dan paru-paru pasien, termasuk pengecekan kaki dan perut pasien untuk memastikan apakah ada gejala penumpukan cairan pada organ-organ itu atau tidak.
Selain itu, tes darah dan penggunaan elektrokardiogram juga dapat memastikan risiko gagal jantung pada pasien.
Dalam studi ini, peneliti memastikan efektif tidaknya metode non-invasif untuk mengidentifikasi gagal jantung ini dengan cara mengumpulkan sampel napas 41 pasien yang telah diopname di Cleveland Clinic.
25 pasien diantaranya harus diopname di klinik karena didiagnosis dengan 'acute decompensated heart failure' sedangkan 16 pasien lainnya tidak menunjukkan gejala gagal jantung sama sekali namun pernah mengalami gangguan kardiovaskular lainnya.
Sampel napas tunggal partisipan diambil dari setiap pasien dalam kurun 24 jam setelah masuk klinik, begitu juga ke-36 pasien tambahan yang telah 'divonis' dengan acute decompensated heart failure sebagai perbandingan.
Dua jam setelah sampel napas dikumpulkan, keseluruhan sampel itu dianalisis menggunakan teknologi "mass spectrometry" untuk memindai kandungan molekuler dan kimiawi dari sampel-sampel tersebut. Sejumlah senyawa yang ditemukan dari sampel telah dipastikan berpotensi menjadi indikator gagal jantung.
Hasilnya menakjubkan, metode tes napas ini dapat mengidentifikasi seluruh pasien gagal jantung dengan tepat, bahkan cara ini benar-benar mampu membedakan antara kejadian gagal jantung dengan gangguan kardiovaskular lainnya.
"Teorinya, tes ini terbilang murah. Tapi tentu saja kami masih berada dalam proses sangat awal untuk menggali potensinya. Kami masih memerlukan banyak perbaikan agar metode ini dapat digunakan secara luas," tutupnya Dweik seperti dilansir dari health24, Jumat (29/3/2013).
(up/up)
Konsultasi Spesialis Saraf (SpS)
RS Wahidin Sudirohusodo Jl. Perintis Kemerdekaan
Konsultasi Spesialis Saraf (SpS)
RSD Dr. H. Koesnadi Bondowoso Tel:0332-421974