Untuk informasi lanjut,
hubungi kami di
no telp -,
email: alkesritel@yahoo.com
website: alkesritel.blogspot.com.
Menyajikan informasi akurat dan terkini penyedia alat kesehatan di Bandung Jawa Barat
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Untuk informasi lanjut,
hubungi kami di
no telp -,
email: alkesritel@yahoo.com
website: alkesritel.blogspot.com.
"Ide dasar pembuatan teh dari kulit salak ini bermula dari keinginan kami untuk memanfaatkan limbah kulit salak karena mengandung unsur aktif `Cinamic acid derivative`," kata salah seorang mahasiswa yang tergabung dalam penelitian teh kulit salak tersebut Mhas Agoes Triambada di Malang, Rabu.
Selain Mhas Agoes Triambada, ada empat mahasiswa lain yang mendukung penelitian tersebut, yakni Audisty Oktavian, Saraswati, Wildan Noor, dan Rahayu.
Lebih lanjut Mhas Agoes mengatakan bahwa Cinamic acid derivative merupakan senyawa yang mampu mendorong regenerasi sel epitel. Zat tersebut juga berperan penting dalam proses perbaikan pankreas pada penderita diabetes tipe I.
Unsur aktif lain yang terkandung dalam kulit salak yang sudah diolah menjadi teh itu, kata Mhas Agoes, adalah Pterostilbene, yakni zat anti diabetes yang berperan langsung dalam menurunkan kadar gula darah.
Teh berbahan baku limbah kulit salak karya lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang yang diberi nama "Litlak Tea" itu dijual seharga Rp3.000. Teh kulit salak tersebut diolah menjadi sejumlah varian rasa, yakni original, cokelat, dan vanila dengan ukuran gelas sedang.
Rasa original dikhususkan untuk penderita diabetes, sedangkan rasa cokelat dan vanila untuk kalangan non-diabetes. "Kami berharap teh hasil penelitian kami ini bisa diterima oleh semua kalangan sebagai minuman sehat dan nikmat, terutama bagi penderita diabetes," ujarnya.
Kelima mahasiswa tersebut juga berharap ada investor yang mau bergabung untuk memajukan dan mengembangkan peluang usaha tersebut dan akhirnya bisa diterima pasar secara luas.
Studi ini mempelajari apakah kandungan cokelat seperti flavanol dapat melindungi sel otak dari penyakit degenerasi dan demensia. Dari hasil penelitian saat ini ditegaskan sifat antioksidan polifenol, yaitu kelas yang lebih besar dari senyawa dan termasuk di dalamnya flavanol, dan ditetapkan bagaimana mereka bekerja melindungi otak dari tingkat sel.
Penelitian yang dipimpin oleh Annamaria Cimini dari University of L'Aquila, Italia ini menciptakan model selular dari penyakit alzheimer, diperlakukan dengan plak A? dan peptida A?, dan dihubungkan dengan neurodegenerasi. Menambahkan polifenol cokelat pada sel-sel ini mencetuskan produksi brain-derived neurothropic factor (BDNF), yang mendorong pertumbuhan neuron dan melawan kematian sel yang diakibatkan oleh stres oksidatif.
"Studi kami mengindikasikan pertama kalinya bahwa polifenol pada cokelat tidak hanya semata-mata sebagai antioksidan, tetapi secara langsung maupun tidak langsung juga mengaktifkan jalur hidup BDNF untuk menangkal kematian neuronal', ujar Cimini.
Dikutip dari Medicaldaily, (Senin 15/4/2013) hasil penelitian ini membenarkan bahwa kandungan flavanol dalam cokelat dapat melindungi otak dari penyakit neurodegeneratif, atau setidaknya dapat mengurangi risikonya, seperti dipublikasikan dalam Journal of Cellular Biochemistry.
Karena percobaan ini hanya dilakukan pada sel manusia yang terisolasi, maka masih belum dapat dipastikan berapa banyak bubuk cokelat yang diperlukan atau cukup untuk dapat meningkatkan efek neuroprotektif BDNF.
Jika Anda masih belum yakin untuk menambahkan cokelat dalam asupan makanan, hasil studi sudah menegaskan bahwa setidaknya cukup konsumsi coklat dapat mencegah penurunan kognitif dan kematian neuronal.
Penelitian lain saat ini juga menambahkan manfaat cokelat bagi kesehatan tubuh, seperti untuk menghilangkan batuk yang berkepanjangan, mencegah serangan jantung, dan risiko stroke. Tapi hati-hati, cokelat juga dapat menstimulasi enkephalin, komponen dalam otak yang mengendalikan keinginan untuk konsumsi secara berlebihan.
Pasalnya menurut studi tersebut, olahraga rutin takkan menghentikan proses penuaan otot atau penurunan bentuk dan kekencangan otot-otot seseorang. Temuan ini juga bertentangan dengan kepercayaan bahwa ketidakaktifan fisik bertanggung jawab penuh terhadap pengenduran otot di usia senja.
Dengan kata lain Profesor Jamie Timmons dari Loughborough University, Inggris menyatakan bahwa studi ini menunjukkan 'kaitan antara penuaan otot dengan kurangnya latihan fisik tidaklah masuk akal'.
"Kami pun memastikannya dengan mengamati perubahan otot orang-orang di Inggris dan AS seiring dengan pertambahan usia mereka. Tapi kami tidak menemukan bukti jika aktivitas fisik dapat menyebabkan perubahan biologis yang berkaitan dengan usia. Bagi sebagian orang berolahraga mungkin akan memberikan efek fungsional yang baik tapi bagi beberapa orang lainnya aktivitas ini tidaklah menghentikan penuaan otot," terang Prof Timmons seperti dilansir dari Daily Mail, Selasa (26/3/2013).
Dari situ peneliti menemukan adanya penanda kimiawi spesifik atau 'sidik jari' untuk proses penuaan otot. Sekali teridentifikasi, peneliti dapat melihat bagaimana reaksi penanda tersebut terhadap latihan fisik. Kemudian peneliti mencari tahu apakah ada diantara partisipan yang memperlihatkan perbaikan otot setelah berolahraga. Tapi lama-kelamaan mereka menyadari bahwa kerja keras partisipan di gym tidaklah menghentikan proses penuaan otot-otot mereka.
Bahkan menurut Prof Timmons, seperempat orang 'tak mengalami pertumbuhan jaringan otot', meski mereka telah berupaya keras agar fisiknya terus bugar.
Prof Timmons yang juga pakar di bidang sistem biologi di departemen Sport, Exercise and Health Sciences, Loughborough University menambahkan, "Kami sama sekali tak menemukan adanya kaitan antara keduanya padahal masalah utama pada proses penuaan adalah hilangnya otot. Nyatanya kami justru menemukan bahwa 25 persen orang tak memberikan respons apapun terhadap aktivitas fisik dan ototnya tetap tumbuh secara normal."
Bahkan Prof Timmons memperingatkan bahwa olahraga secara berlebihan dapat menyebabkan satu dari 10 orang menderita tekanan darah tinggi dan berisiko terkena diabetes 9 persen lebih tinggi daripada orang yang tidak berolahraga.
"Padahal banyak strategi penanganan penyakit di luaran sana yang hanya terfokus pada aktivitas fisik yang pada sebagian orang tak begitu mempan. Mungkin bagi sebagian orang akan lebih baik jika mereka lebih memfokuskan diri pada pengaturan pola makan atau pola tidur ," tutupnya.